Cerdas Memilih Jangan Mau Dibeli
UraianNews.id, OPINI – Pemilihan Umum sudah didepan mata, pesta demokrasi akan segera digelar. Momen sehari yang berdampak 5 tahun adalah saat dimana 1 suara saja sangat berharga dan besar pengaruhnya. Banyak warga tidak begitu peduli akan hal ini, malah sebagian besar masyarakat sudah berfikir untuk golput alias tidak menggunakan hak suara, bahkan kerap kali melontarkan pernyataan yang kurang baik kepada calon pemimpin. Sudah saatnya kita sadar dan memahami bahwa suara kita bisa menentukan nasib suatu wilayah ataupun bangsa ini.
Suatu hari di sebuah kerajaan kecil, akan dipilih seorang Raja yang akan menggantikan mendiang Raja yakni ayahanda dari 3 putra Raja yang mana 1 dari 3 putra Raja tersebut akan melanjutkan pemerintahan dan duduk di tahta kerajaan. Karena itu seluruh rakyat diminta berkumpul untuk menyaksikan dan ditanyai secara jujur apabila ada diantara mereka yang pernah mengalami apapun melibatkan ketiga putra Raja tersebut, poling dari Majelis Kerajaan telah jatuh pada anak pertama dari sang mendiang Raja. Lebih dari 1 jam tidak satupun masyarakat yang bersuara.
Sampailah saat penentuan bagi para majelis kerajaan untuk memilih satu dari antara ketiga anak Raja, siapa dari ketiga putra Raja yang akan duduk di atas tahta pemerintahan. Saat itu putra pertama yang akan dinobatkan menjadi Raja menggantikan mendiang ayahnya, sebab seperti itulah ketentuannya karena ia anak pertama.
Hanya jika ada hal lain yang menjadi penilaian penting jika itu berkaitan dengan rakyat secara langsung. Ketika proses penobatan akan dilaksanakan, seorang petani dari arah belakang berteriak dan berkata
“saya tuan, saya pernah ditolong oleh Pangeran ke 3 saat hasil pertaninan yang saya pikul terjatuh. Saat itu ketiga Putra Raja sedang berburu dan melihat saya terjatuh. Hanya pangeran ke 3 yang menyempatkan diri membantu saya dan turun dari kuda yang ia tunggangi,” Kata petani.
Karena hanya ada satu tambahan dukungan dari petani, maka putra bungsu raja yang dinobatkan menjadi Raja.
Analogi diatas menggambarkan bagaimana 1 dukungan suara saja sangat berpengaruh untuk bisa menentukan siapa yang akan memimpin negeri kita, siapa yang terbaik dari yang baik. 1 suara begitu berharga untuk mendukung siapa yang layak dan pantas memimpin. Kita bisa tau rekam jejaknya, kita bisa kenali orang nya dari pekerjaannya di masa lalu. Bagaimana jika tidak ada seorang petani yang beri dukungan karena yakin bahwa pangeran ke 3 adalah seorang yang terbaik dari dua putra raja baik lainnya, dan pantas memimpin. Tentu semuanya baik, namun ada yang terbaik. Memang dalam analogi yang saya ceritakan bukan hal besar yang dilakukan oleh Pangeran kepada pak petani, tapi itu bisa jadi menggambarkan karakter dari ketiga Putra Raja. Semuanya baik tetapi ada yang lebih baik. Suara kita sangat berharga untuk menentukan jadi apa daerah bahkan negara kita di masa depan.
Suara bisa dibeli? Saya pun akan menjawab, ya suara bisa dibeli. Merupakan rahasia umum dunia politik negeri kita yang mana politik uang sudah menjadi budaya. Bahkan beberapa kali di berbagai daerah, para peserta calon pemimpin saling lapor dugaan pelanggaran money politic atau politik uang. Lucunya yang melapor kadang pelaku juga dalam politik uang. Hanya kebetulan saja tidak tertangkap dan tidak ada bukti saat itu.
Beberapa warga yang pernah saya tanyai mengenai pendapat mereka tentang politik uang, kebanyakan mengatakan, siapa memberi lebih banyak itu yang kami pilih. Hal inilah yang menjadi kekeliruan yang sudah menjadi budaya dari kebanyakan masyarakat kita. Terkadang kita hanya melihat apa yang ada didepan mata saat itu, hanya karena ada amplop, kita bisa memberikan suara tanpa mempertimbangkan betapa berharganya suara kita. Mungkin karena kita mendengar kata-kata janji manis yang disampaikan oleh calon pemimpin, atau juga perhatian dan sikap baik para calon pemimpin diawal menjelang pemilihan. Maaf saya katakan, kebanyakan dari para calon pemimpin hanya baik saat menjelang pemilihan saja, mereka akan menunjukkan segala hal untuk memperlihatkan bahwa dirinya orang baik dan pantas memimpin. Bahkan tidak sedikit dari mereka akan lakukan segala cara untuk mendapatkan simpati masyarakat, setelah itu ditambah dengan uang agar lebih mulus dan meyakinkan. Itulah sebabnya perlu bagi kita masyarakat mengenali rekam jejak para calon pemimpin kita.
Di era digital seperti sekarang ini, yang mana segala informasi dapat terakses dengan mudah di internet, kebanyakan dari masyarakat sudah mulai cerdas dan teliti dalam menentukan pilihan. Banyak warga masyarakat akhirnya sadar bahwa menganut agama yang sama, suku atau ras kita yang sama, tidak menjamin akan membuktikan kinerja calon pemimpin itu baik di kemudian hari.
Sudah banyak contoh kasus saat pemilihan, bagaimana para calon menggunakan politik identitas dengan menonjolkan agama dan lain sebagainya namun pada akhir cerita, banyak warga kecewa dan menyesal telah memilih pemimpin yang salah. Kita semua masih ingat kasus Ahok, yang terbukti memimpin DKI Jakarta dengan baik dan warga pun tidak menampik hal itu, namun ditengah perjalanan ia difitnah dan dikriminalisasi menistakan agama, akhirnya apa yang terjadi, setelah lawan politiknya saat itu memimpin DKI malah amburadul dan membuat banyak warga DKI Jakarta menangis dan menyesal. Semua ini bisa dilihat dalam rekam jejak Anis sebagai lawan politik Ahok kala itu yang akhirnya berhasil menang dan memimpin Jakarta. Hampir semua janji yang ia utarakan saat kampanye tidak ditepati. Sebut saja janji untuk tidak lakukan penggusuran, tidak menyetujui reklamasi, DP nol Rupiah dan masih banyak lagi janji-janji Anis yang tidak ditepati.
Bahkan dalam sebuah tayangan saat wawancara dan ditanyai terkait janji saat masa kampanye, Anis berkata “Janji apa ya” Hal ini membuat banyak warga Jakarta menyesal dan akhirnya sadar.
Untuk itu sebaiknya masyarakat jangan mau dibodohi lagi, masih ada kesempatan untuk perubahan saat pemilihan berikutnya. Jika bersatu, kita bisa melakukan perubahan besar.
Semua kesalahan dan penyesalan bermula dari menukarkan suara atau menjual suara dengan sesuatu. Suara yang anda jual dan dibeli, bukan hanya dengan uang tunai tetapi juga bisa dibeli dengan janji, iming-iming dan lain-lain.
Mulai sekarang kita harus sadar betapa suara kita adalah sesuatu yang sangat berharga. Jangan berikan suara anda kepada seseorang yang sebenarnya anda belum tau sosok tersebut bisa memimpin atau tidak. Jadilah pemilih cerdas yang tidak bisa dibeli dengan apapun juga. Ingat, 1 suara kita sangat berarti dan bisa menentukan nasib negeri kita di masa depan. Tidak bosan-bosan saya ingatkan kepada pembaca, jadilah pemilih yang cerdas, kritis dan berintegritas. Kenali calon pemimpin anda, gunakan hak suara anda dengan benar dan yakin. Terakhir, saya ingin katakan sekali lagi, jangan pernah mau menjual suara anda dengan apapun, jangan mau dibeli.
Oleh: Fianus Arung