Perang Iran β Israel: Sketsa Pengulangan Sejarah Perang Persia-Romawi Tahun 614?

Oleh Aceng Syamsul Hadie,S.Sos.,MM.(*)
ππ§ππππ£πππ¬π¨.ππ, π
π
π
π
π
– Selama ini banyak beredar Pandangan bahwa Perang Iran-Israel sekarang adalah pengulangan Perang Persia-Romawi tahun 614 M βdan menariknya, ia berakar pada tafsir historis dan spiritual terhadap nubuat Rasulullah SAW serta ayat-ayat Al-Qurβan, khususnya Surah Ar-Rum.
Pada masa Rasulullah SAW, dua kekuatan besar dunia adalah Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) dan Kekaisaran Persia (Sasaniyah). Ketika Persia mengalahkan Romawi dan merebut Yerusalem sekitar tahun 614 M, kaum musyrik Quraisy bersorak karena Persia dianggap mewakili kaum penyembah api (Majusi), sedangkan Romawi adalah Ahli Kitab. Kaum Muslimin justru bersedih.
Namun, turunlah Surah Ar-Rum ayat 2β4: “Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun.” (QS. Ar-Rum: 2β4). Dan benar, sekitar tujuh tahun kemudian, Romawi membalas dan menang atas Persia dalam Perang Nineveh (627 M). Ini dianggap sebagai bukti nubuat Al-Qurβan yang terbukti secara historis.

Kaitannya dengan Perang Iran-Israel Sekarang
Sebagian umat Muslim melihat konflik Iran-Israel sebagai kelanjutan simbolik dari konflik Persia-Romawi, dengan Iran mewakili βPersiaβ dan Israel (yang didukung Barat) mewakili βRomawi.β Dalam narasi ini, mereka mengaitkan kemenangan Romawi atas Persia sebagai isyarat bahwa kekuatan Barat akan kembali unggulβatau sebaliknya, bahwa Iran akan membalikkan keadaan seperti Persia dulu.
Namun, penting dicatat bahwa ini adalah tafsir simbolik dan bukan prediksi literal. Tidak ada hadis sahih yang secara eksplisit menyebut Iran atau Israel modern. Tapi umat Muslim sering mengaitkan peristiwa besar dengan nubuat akhir zaman, termasuk Surah Al-Isra ayat 4β7 dan hadis-hadis tentang dua kerusakan besar Bani Israil.
Tentu, Al. Ini dia analisis perbandingan antara konflik PersiaβRomawi di masa klasik dan konflik IranβIsrael di era modern. Meski konteksnya sangat berbeda, banyak umat Muslim melihat keduanya sebagai cerminan simbolik dari pertarungan lama antara Timur dan Barat, atau antara kekuatan Islam dan kekuatan imperialis.

1. Latar Sejarah dan Identitas Peradaban
PersiaβRomawi (Abad ke-6β7 M):
Kekaisaran Persia (Sasaniyah) dan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) adalah dua kekuatan superpower dunia kuno. Persia mewakili peradaban Timur yang beragama Zoroaster, sementara Romawi Timur mewakili peradaban Barat Kristen. Keduanya terlibat dalam perang panjang, termasuk perebutan Yerusalem, yang sempat dikuasai Persia pada 614 M sebelum direbut kembali oleh Romawi pada 628 M.
IranβIsrael (Abad ke-21):
Iran modern mewarisi identitas Persia dan menjadi kekuatan utama di Timur Tengah yang menentang dominasi Barat dan Israel. Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat dan sekutu Barat, sering diposisikan sebagai representasi kekuatan βRomawi modernβ dalam narasi simbolik. Konflik ini juga melibatkan isu agama, geopolitik, dan sejarah panjang kolonialisme.

2. Posisi Yahudi dalam Dua Konflik
Di Era PersiaβRomawi:
Menariknya, pada masa Kekaisaran Persia Sasaniyah, komunitas Yahudi justru dilindungi dan diberi posisi penting. Mereka mendukung Persia dalam merebut Yerusalem dari Romawi karena mengalami diskriminasi berat di bawah kekuasaan Kristen Bizantium.
Di Era IranβIsrael:
Kini, posisi terbalik. Iran memusuhi Israel karena dianggap sebagai penjajah Palestina dan simbol zionisme global. Iran mendukung kelompok-kelompok perlawanan seperti Hamas dan Hizbullah, dan menyebut dirinya sebagai pelindung Palestina. Sementara Israel, sebagai negara Yahudi modern, justru bersekutu dengan kekuatan Barat.
3. Dimensi Agama dan Nubuat
PersiaβRomawi:
Surah Ar-Rum (ayat 2β4) menyebut kekalahan Romawi oleh Persia dan kemenangan Romawi beberapa tahun kemudian. Ini dianggap sebagai nubuat Al-Qurβan yang terbukti benar. Banyak Muslim melihat ini sebagai bukti bahwa sejarah dunia bergerak dalam pola yang telah digariskan.
IranβIsrael:
Sebagian umat Muslim menafsirkan konflik IranβIsrael sebagai kelanjutan simbolik dari konflik PersiaβRomawi. Dalam narasi ini, Iran dianggap sebagai βPersiaβ yang kembali menantang dominasi βRomawiβ modern (Israel dan sekutunya). Namun, ini adalah tafsir simbolik, bukan prediksi literal.
4. Strategi dan Daya Tempur
PersiaβRomawi:
Perang berlangsung dalam bentuk ekspansi wilayah, pengepungan kota, dan perebutan pusat-pusat suci seperti Yerusalem. Kemenangan berganti-ganti, hingga akhirnya keduanya melemah dan ditaklukkan oleh kekuatan baru: Islam.
IranβIsrael:
Konflik berlangsung dalam bentuk serangan udara, perang siber, dan dukungan terhadap kelompok proxy. Iran memiliki jaringan milisi di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman. Israel unggul dalam teknologi militer dan intelijen, tetapi Iran unggul dalam ketahanan dan strategi asimetris.
Kesimpulan: Sejarah Berulang dalam Bentuk Baru
Konflik PersiaβRomawi dan IranβIsrael tidak identik, tapi memiliki pola simbolik yang serupa, yaitu: pertarungan antara dua peradaban besar, dengan Yerusalem sebagai titik sentral. Dalam kedua kasus, agama, identitas, dan geopolitik saling bertaut. Namun, sejarah juga mengajarkan bahwa kekuatan besar bisa runtuh oleh keangkuhan, dan bahwa perubahan besar sering lahir dari pinggiran, bukan dari pusat kekuasaan.[]
ππ§ππππ£πππ¬π¨_π
π
π
π
π
πππ£πͺπ‘ππ¨_πππ©πͺπ πΏππ¬ππ£ πππ’πππ£π πΏππ πΌπ¨π¬ππ£ (πΌπ¨π€π¨πππ¨π πππ§π©ππ¬ππ£ ππ£π©ππ§π£ππ¨ππ€π£ππ‘)
ππ£ππ€π§π’ππ¨π πππππ π¨π:
ππ‘π₯. 0821 9604 8905
πππ©π§ππππ§π¨ππ’ππͺπ§ππππ£πππ¬π¨@ππ’πππ‘.ππ€π’
